Jumat, 01 Juli 2016

Apa Hakikat Keikhlasan? [bagian-1]

Oleh: Ahmad Thib Raya Al-Yaminy

Saya angkat tema ini atas perimintaan seorang murid saya. Dia meminta saya agar dapat menjelaskan tentang makna keikhlasan itu. Mari kita simak uraian berikut.

Kita sering mendengar atau menggunakan kata “keikhlasan” dalam pergaulan kita sehari-hari, terutama dalam kaitannya dengan melakukan sebuah pekerjaan. Misalnya, “Lakukanlah tugasmu, amalmu dengan penuh keikhlasan.” “Lakukanlah semua pekerjaanmu dengan ikhlas.”

Kata “keikhlasan” adalah salah satu kata Arab yang sudah diserap oleh bahasa Indonesia, dan kini menjadi salah satu kata baku di dalam bahasa Indonesia. Asal kata “keikhlasan” adalah “ikhlas” (إخلاص) yang diawali dengan awal “ke-“ dan akhiran “-an.” Untuk menelusuri makna asal dari kata ini, mari kita lihat terlebih dahulu bentuk kata itu di dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Arab.

Kata “ikhlas” (إخلاص) ini berasal dari kata “khalasha” (خلص), yaitu bentuk kata kerta “intransitif,” yang berarti “murni, tidak bercampur dengan sesuatu, bersih, jernih.” Seperti dalam ungkapan “Air itu murni, bersih, dan jernih” (خلص الماء). “Air murni, bersih, dan jernih, tidak bercampur dengan apa pun” disebut الماء الخالص (al-maa’u al-khaalish-u). Kata kerja ini lalu ditambahkan di awalnya “أ” (hamzah), sehingga menjadi “akhlasha” (أخلص), yang berarti “memurnikan, membersihkan, dan menjernihkan sesuatu.”

Kalau ada orang yang berakata kepada Anda “Ikhlaskan hatimu dalam beramal dan bekerja,” maka maksudnya adalah “Murnikan, bersihkan, dan jernihkan hati dalam beramal dan bekerja.” Orang yang ikhlas disebut “mukhlis,” yaitu orang yang mampu memurnikan, menjernihkan, dan membersihkan hatinya dari sesuatu yang dapat menghilangkan kemurniannya.

Keikhlasanmu berada di dalam hatimu. Tidak ada yang tahu, apakah Anda ikhlas atau tidak dalam melakukan sesuatu. Yang tahu tentang keikhlasan hatimu adalah Anda sendiri dan Allah (سبحانه وتعالى). Orang lain tidak dapat mengetahui keikhlasan hati seseorang karena keikhlasan itu berada di dalam hati. Ikhlas itu bercokol di dalam hati. Kalau Anda mengatakan bahwa dia sangat tulus melakukan pekerjaan itu, itu hanya dugaan belaka.

Hati yang murni itu bukan berarti hati yang kosong dari sesuatu. Hati yang kosong dari sesuatu bukanlah hati yang murni, tetapi hati yang kosong, hati yang tidak berisi sesuatu, yang di dalam bahasa Arab disebut القلب الخالي (al-qalb-u al-khaaliy). Hati yang murni atau ikhlas itu adalah hati yang hanya berisi satu sesuatu, tidak ada campurannya dengan sesuatu yang lain.

Sebagai contoh.  Ambillah  sebuah gelas dari kaca yang bening, lalu letakkan di atas meja. Gelas itu jangan diisi dengan apapun. Anda berkata “Gelas itu bening, kosong dari sesuatu, tidak berisi apa-apa.” Demikianlah hati yang kosong, dan bening itu. Lalu kalau gelas yang ada di atas meja itu Anda isi dengan air putih, bersih, murni, dan jernih, tidak bercampur dengan apa pun, maka Anda akan berkata bahwa “Gelas itu ikhlas.” Artinya, gelas itu tidak berisi sesuatu yang lain kecuali air putih itu.” Demikianlah hati yang ikhlas itu, adalah hati yang hanya berisi satu sesuatu, tidak dicampur sedikit pun dengan benda yang lain. Kalau Anda memasukkan air teh, air gula puith, atau air gula merah, maka gelas itu tidak ikhlas lagi, karena isinya lebih dari satu benda. Demikianlah hati yang tidak ikhlas itu, adalah hati yang tadinya berisi satu benda, lalu bercampur dengan sesuatu benda yang lain. Atau hati yang isinya sudah bercampur dengan sesuatu yang lain.

[Bagian-2] Apa Hakikat Keikhlasan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar